Ilustrasi.net
Klikwarta.com - September Ceria. Ya, begitu kiranya yang bakal terjadi di bulan
september satu bulan Kedepan. Yang mana agenda-agenda pemugaran Bahasa
dan Sastra akan berlangsung cukup menantang adrenalin bagi para penikmat
dan pemerhati bahasa dan sastra itu sendiri, terkhusus kepada semua
mahasiswa, pelaku, serta pemerhati Bahasa dan Sastra di Bengkulu.
Agenda dimulai dari pelaksanaan Event Lomba Menulis Cerpen dan Esai yang
diadakan oleh Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Dinas Pariwisata.
Kemudian selanjutnya agenda Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia
yang juga mengadakan event untuk kepenulisan makalah sesuai subtema yang ditentukan, juga diadakan oleh Pemda bersama Dinas Pengelola Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Bengkulu. Dan terakhir adanya agenda akbar "Temu Pengarang Cerpen Pemula"
(TPCP) yang digandeng Bengkel Kepenulisan HAES (Herman Suryadi).
Waktu pelaksanaan agenda di atas akan dimulai pada awal september hingga
memasuki akhir bulan november. Even Lomba menulis Cerpen dan Esai
berlangsung mulai pada tanggal 20 Agustus sampai dengan 25 Oktober, even
Salindia (penulisan makalah) pada Seminar Nasional berlangsung pada 22
September sampai dengan 01 Oktober, dan pelaksanaan akbar Temu Pengarang
Cerpen Pemula akan diadakan pada tanggal 20 November 2018. Dari ketiga
agenda tersebut, pemerintah daerah telah menyiapkan apresiasi berupa
nominal yang cukup ideal bagi para peserta lomba.
Bagi para pemerhati Bahasa dan Sastra dituntut untuk lebih tajam dan
berani berkolaborasi dalam memajukan aspek utama berkebangsaan, khususnya
bagi para pemuda yang mana hal telah bersinggungan dengan Sumpah Pemuda
pada bunyi ke-empat "Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia".
Sastra di Bengkulu dalam beberapa tahun belakangan memang lebih senyap
dari tahun-tahun sebelumnya dan bila dibandingkan dengan daerah lain,
Bengkulu tengah mengalami kemunduran dalam menyajikan Kesusastraan di
kancah Nasional. Hal ini berdasarkan kesadaran pemerhati Bahasa dan
Sastra yang sedang vakum atau kurang tergerak dalam persaingan yang ada.
Terlebih bagi para pelajar dan pembelajar yang masih begitu buta dalam
mendelik kemajuan sastra. Padahal jika kita melihat, kemajuan sastra bisa
menjadi salah satu tolak-ukur kemajuan budaya di daerah itu sendiri. (BISRI)







