Megawati Antarkan NU dan Muhammadiyah Raih Zayed Award 2024

Senin, 12/02/2024 - 09:41
Ibu Megawati saat memberikan sambutan pada acara Isra Mikraj yang dirangkaikan dengan tasyakuran atas diraihnya Zayed Award 2024 oleh PBNU dan PP Muhammadiyah. Acara ini diselenggarakan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (11/2).

Ibu Megawati saat memberikan sambutan pada acara Isra Mikraj yang dirangkaikan dengan tasyakuran atas diraihnya Zayed Award 2024 oleh PBNU dan PP Muhammadiyah. Acara ini diselenggarakan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (11/2).

Klikwarta.com, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Prof. Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri membangun diplomasi humanis tingkat tinggi, hingga mampu mendorong NU dan Muhammadiyah meraih Zayed Award 2024.

Megawati menceritakan upayanya agar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF) 2024.

Mulanya, Megawati mendapat tawaran dari Sekjen ZAHF Prof Mohamed Abdusalam pada 24 Juli 2023 yang meminta kesediaan dirinya untuk menjadi salah satu Dewan Juri bagi ZAHF 2024.

Megawati mengatakan tawaran Mohamed itu merupakan permintaan dari Imam Besar Al Azhar Prof Ahmad el Thayyeb.

“Rupanya beliau mengikuti sepak terjang saya bahwa saya ini seorang ibu, perempuan yang selalu memperjuangkan nasib banyak manusia tetapi selain itu juga selalu memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di dunia,” kata Megawati.

Ibu Megawati memberikan sambutan pada acara Isra Mikraj yang dirangkaikan dengan tasyakuran atas diraihnya Zayed Award 2024 oleh PBNU dan PP Muhammadiyah. Acara ini diselenggarakan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (11/2) kemarin.

Megawati lalu mengajak Ahmad Basarah dan Zuhairi Misrawi sebagai asisten dewan juri. Ahmad Basarah dan Zuhairi lalu sering menjadi penghubung Megawati dengan juri lainnya serta pihak ZAHF.

“Saya belum punya pengalaman sebagai juri. Dapat masukan tentu saya merasa ternyata banyak sekali pejuang yang tidak disebutkan di dunia ini bagi kepentingan, kalau di Pancasila perikemanusiaan dan perikeadilan seperti saya merasa begitu dapat banyak teman,” kata Megawati.

Megawati lalu mengajukan Muhammadiyah dan NU untuk masuk nominasi penerima penghargaan. Dua organisasi itu bersaing dengan 120 nominasi lainnya.

Presiden Kelima RI itu kemudian harus menghadapi adanya kocokan untuk mendapat tiga nominasi dan tiga nominasi cadangan. Nominasi itulah yang kemudian diserahkan kepada Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar untuk dipilih siapa pemenangnya.

Megawati mengatakan terdapat enam juri, termasuk dirinya. Namun, hanya Megawati seorang berasal dari Asia. Megawati dalam pikirannya menyampaikan dirinya akan kalah berdebat untuk memperjuangkan NU dan Muhammadiyah. Sebab, dirinya merupakan perempuan, Asia, wanita, dan seorang muslim, sedangkan juri lainnya datang dari Barat.

Fase berikutnya ialah pengocokan awal, yang mengeluarkan 15 nominasi. Megawati bersyukur NU dan Muhammadiyah masuk dalam 15 nominasi itu. Di sisi lain, Megawati juga mengusulkan aktivis perempuan dan profesor agama Musdah Mulia mendapat nominasi dari aspek perorangan.

“Ada perorangan, kelompok, dan organisasi yang sebegitu banyak. Lalu saya berpikir bagaimana saya bicara untuk supaya mulai meyakinkan mereka yang empat (juri) ini,” kata Megawati.

Megawati saat dipersilakan bicara sengaja menggunakan latar belakangnya untuk mempengaruhi juri lainnya. Megawati mengenalkan diri pernah menjadi anggota parlemen tiga periode, Wakil Presiden, dan Presiden RI.

“Saya ingin membangun sebuah persepsi mestinya saya ada di atas untuk bisa menangkan salah satu yang diinginkan. Setelah saya mengenakan begitu mereka yang dua langsung kelihatan wah,” kata Megawati.

Putri Proklamator RI Bung Karno itu menyampaikan dirinya sangat dekat dengan Muhammadiyah dan NU. Megawati menyampaikan kakeknya merupakan pendiri Muhammadiyah dan pernah menjadi pengurus di Bengkulu.

Megawati lalu menceritakan kepada juri bahwa NU dan Muhammadiyah ikut bertempur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah sejak 1912, sedangkan NU 1926.

Megawati juga menyampaikan cerita heroik pada mada kolonialisme yang terjadi antara Tangerang dan Bekasi. Saat itu, Belanda ingin menjadikan wilayah itu sebagai perkotaan, sedangkan masyrakat setempat memang bekerja sebagai petani.

“Saya sangat ingat membaca buku itu adalah perlawanan yang namanya perlawanan petani Banten yang dipimpin oleh para kiai dari NU. Apa maksud saya menceritakan seperti ini karena kita ini sudah melupakan sejarah bangsa kita. Bahwa kita itu tidak dengan mudah seperti sekarang ini enak-enak bahwa dulu itu banyak pengorbanan yang harus diberikan. Itu cerita saya pada mereka. Mereka terdiam. Kalau foundation ini untuk perdamaian dunia dan perikemanusiaan maka saya minta organisasi ini harus dinominasikan,” kata Megawati. (*)

Kontributor: Arif

DPRD MUKOMUKO

Related News