Ilustrasi suku baduy. sumber : Pexels.com
Oleh : Salma Sita mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Program Studi Penerbitan (Jurnalistik).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Seperti semboyannya, "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Indonesia memiliki banyak suku dan budaya yang tentunya berbeda satu dengan lainnya. Salah satunya adalah suku Baduy.
Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang penduduknya menutup diri dari dunia luar. Bahkan, kelompok etnis dari masyarakat adat suku Banten ini mempunyai keyakinan terhadap tabu untuk di dokumentasikan, terlebih masyarakat yang tinggal di wilayah Baduy Dalam.
Hari itu pukul 13.00 Wib, ribuan orang berbaju hitam dengan penutup kepala berwarna biru memadati jalanan daerah Banten. Bersama kendaraan-kendaraan roda empat yang mereka tumpangi yaitu mobil truk, mereka berbondong-bondong menuju Kota Serang. Diikuti dengan orang-orang berpakaiam serba putih dan tidak mengenakan alas kaki, berjalan kaki menempuh perjalanan yang sama namun tanpa kendaraan apapun.
Mereka adalah orang-orang dari suku Baduy. Orang-orang dengan baju serba hitam dilengkapi penutup kepala berwarna biru adalah orang dari suku Baduy Luar sementara orang - orang yang berpakaian serba putih yang berjalan dengan tanpa alas kaki adalah orang-orang suku Baduy Dalam.
Ribuan orang dari suku Baduy baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam ramai berbondong-bondong menelusuri jalanan dari Desa Ciboleger menuju Pendopo Lama Gubernur Banten di Kota Serang. Bukan tanpa alasan, perjalanan ini merupakan salah satu proses adat dari suku Baduy yang rutin diadakan setiap setahun sekali yang dinamakan prosesi adat Seba Baduy.
Perjalanan yang dilakukan selama tiga hari tersebut merupakan bentuk persembahan dan bentuk kesetiaan mereka terhadap pemerintah Daerah Banten. Prosesi adat Seba Baduy ini juga merupakan bentuk rasa syukur orang suku Baduy atas hasil panen yang mereka dapatkan selama satu tahun.
Dalam perjalanan panjang ini orang-orang dari suku Baduy membawa hasil bumi berupa hasil panen untuk dipersembahkan kepada pemerintah kota Serang. Perjalanan yang dimulai sejak pukul 13.00 WIB itu memakan waktu kurang lebih tiga hari untuk sampai ditempat tujuan. Tidak tanggung-tanggung jumlah pesertanya mencapai lebih dari 1000 orang.
Dalam bahasa Baduy “Seba” berarti seserahan. Seba Baduy merupakan tradisi seserahan hasil bumi dan melaporkan berbagai kejadian yang telah berlangsung selama satu tahun terakhir di Suku Baduy kepada Ibu gede dan Bapak gede atau pemerintah setempat.
Sesampainya di Pendopo tempat Pemerintah Banten, orang-orang dari suku Baduy menyerahkan hasil tani yang mereka bawa kepada Pemerintah diikuti dengan melaporkan kejadian yang berlangsung selama setahun.
Dalam prosesi tersebut terdapat dialog budaya antara masyarakat Baduy Dalam, Baduy Luar, dan para panggede atau pejabat daerah Banten. Pada dialog ini, masyarakat Baduy berpesan kepada Pemerintah untuk tetap menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan.