Mengejar Mimpi Setiap Subuh

Jumat, 14/07/2023 - 15:45
Sumber : Dokumentasi Pribadi/Nadya Nur Aulia
Sumber : Dokumentasi Pribadi/Nadya Nur Aulia

Oleh : Nadya Nur Aulia

Klikwarta.com - Jalan lenggang tanpa suara klakson di pinggir Ibukota dengan gelap sisa semalam, sebelum matahari datang waktu terbaik untuk pergi bersiap mencari pahala serta imbalan keringat dari kerja keras, semoga selalu kuat, dan terbalas semua pengorbanan dan penderitaanku.

Langit kelabu sudah tipis pertanda kedatangan matahari yang menyekap hati penduduk kota. Beberapa tempat tercapai aliran listrik karena keberuntungan akses, nampak gedung-gedung seperti menyapa satu sama lain di ketinggian.

Di tempat-tempat lain, satu atau dua rumah terdapat jemuran kawat yang menemplok pada dinding-dinding rumah mereka dengan suhu lembab serta bau tak enak. Sudah biasa terlihat dengan mata perbedaan yang sangat ketara di pinggir Ibukota.

Aku bersyukur setelah terbangun dari empat jam tidur, seperti biasa. Dua jam setelah bersyukur, aku mendengus pertanda ingin menyerah namun itu tidak ada dalam pilihan hidupku. Memandang gedung sebelum masuk ke dalam dengan rasa itu, seolah hari seperti kejadian mimpi yang selalu berulang dan tidak bisa dipaksa bangun.

Kedua tanganku penuh dengan alat kerja, dengan seragam kerja berkerah. Cocok ditubuh, melindungi serta modis. Ucapmu, semoga aku lebih percaya diri saat mendengar kalimat itu. Walaupun, terkadang kalimat semangat dari orang lain tidak bisa selalu menyemangatiku.
Dahulu, aku hanya seorang anak pertama dengan usia 5 tahun. Anak kecil yang ingin disayang, dengan keluarga lengkap yang membantu meraih keinginan. Keadaan berkata lain, aku harus berlari sendiri mengejar semua kemauan dan kebutuhan. 

Di masa kecilku yang hadir memenuhi hari itu adalah nenek, tinggal bersama membuat hubunganku dengan nenek sangat dekat. Tidak jarang pula, nenek memenuhi ekspetasi sebagai anak kecil yang seharusnya. Nenek lebih disayang tuhan, doaku selalu yang terbaik untuk nenek.

Berharap usiaku tidak berhenti disitu walau sebenarnya waktu terus berjalan hingga sekarang. Memiliki seorang ibu tunggal dilengkapi 3 orang adik, rasa bertanggung jawab memenuhi diriku. Rasa ingin mencukupi ibu serta adik adalah wajib bagiku.

Tanpa pernah merasakan kehadiran ayah di dalam hidup selama 20 tahun membuat aku harus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering terjadi, sekadar bagaimana menjadi pendengar yang baik untuk ibu. Ayah memang seharunsnya berperan besar untuk anak pertamanya, namun hal itu tak melewati hidupku.

Aku bilang, kehadiran ibu sangat berharga. Tidak bisa memilih dilahirkan oleh siapa, tetapi pilihan tuhan tidak pernah salah sasaran. Beruntung memiliki ibu dengan segala keadaan rumit ingin terus berusaha dan belajar agar kelak anaknya menjadi tiang gagah yang membangun keluarga ini menjadi tinggi.

Keras kepalaku sama dengan ibu, caramu marah caraku tersenyum. Ibu berhasil mewarisi wajahnya ke wajahku. Seperti detak jantung yang bertaut, nyawamu nyala karena dengannya. Sekeras apapun dunia kepadaku, kau punya ibu. Seperti lautan biru yang tenang, hati ibu dalam dan menunggu.

Ibu selalu menjadi tempat untuk penampung luka dan duka. Setiap ibu mengepalkan tangan dan memulai merapalkan kalimat-kalimat doa sakral, langit sigap mendengarkan dan semesta membantu permintaannya. Doa ibu yang menguatkan selalu mengiringi jalanku.

Bukan hanya mampu menulis cinta yang berbeda, aku mencintai dengan cara berbeda. Aku adalah berbeda. Cinta ku jarang, sebab ku jarang dicinta. Tidak semua orang dapat merasakan luasnya hatiku.

Disaat seusiaku bisa tertawa tanpa memikirkan, akan datang seperti apa hari esok. Urusan apalagi yang harus ku lewati. Bukan berarti rasa hangat hilang dari jiwaku. 

Setiap pulang kerja, jika ada duit lebih pasti akan dibagikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya diluar, di dalam rumah pun hangatnya diriku disalurkan. Jika makanan hanya satu di atas meja, aku pasti menjadi orang terakhir yang akan makan.

Bagaimana aku dapat menahan diri dari semua perlakuan, berlama lama di tanah asing ini. Tidak heran jika ku tiba-tiba menjadi kesayangan di semesta ini. Dengan kekuatan keinginan seorang anak kampung kepada cita-citanya. Walaupun terkadang ingin berhenti sejenak untuk mengambil langkah lebih besar, kenyataannya tak satupun membuat ku mundur.

Semoga setelah perjalanan panjang ini, aku lebih siap berjalan lagi dengan hati yang siap menerima apapun. Kebaikan akan bertumbuh dengan perlakuan yang menyenangkan nan menenangkan. Yakin dengan doa dari orang tersayang di setiap pilihan yang ku pilih. 
Betapa berwarnanya segala sesuatu yang dilimpahi keyakinan, seperti seorang petani yang percaya pada pohon yang ditanamnya.

Tebarkan lebih luas hati. Siapkan bahu yang lebih tegap untuk membela keluarga. Ku takkan mati muda, sebab cinta adalah tanaman umur panjang. Yang terbaik, bantu aku semesta.
 

Related News