Selama Halal, Pasti Saya Kerjakan

Kamis, 20/07/2023 - 09:46
Foto Ilustrasi
Foto Ilustrasi

Oleh : Calvin Mayro Sihombing

Klikwarta.com - Pak Soleh, seorang pejuang nyata kehidupan yang tidak mengenal lelah untuk bertahan hidup. Era media sosial seperti sekarang harus diakui telah membuat sebagian besar media cetak mati, dan orang-orang yang bekerja di media cetak terpaksa kehilangan pekerjaannya. Sebagian dari mereka yang mampu bertahan dan beradaptasi, mengalihkan usaha dan pekerjannya ke media online. Sedangkan mereka yang tidak bisa beradaptasi dengan media online hanya bisa pasrah dan menerima nasib apa adanya, salah satunya adalah penjual koran cetak eceran yaitu Pak Soleh.

Pak Soleh sendiri adalah salah satu penjual koran di dekat rumah saya yang sampai sekarang masih setia terhadap pekerjaannya. Tak peduli zaman sudah serba online, dengan keyakinan diri, ia tetap membuka meja dan menggelar koran-koran dengan edisi terbarunya setiap hari.

Sudah hampir 10 tahun terakhir ini Pak Soleh berdagang koran eceran di depan pintu masuk samping, Rumah Sakit Budhi Asih. Setiap hari dengan menggunakan meja kayu seadanya, beliau menggelar koran dan majalah tiap harinya untuk dijual di jl. Taman Harapan, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Dulu ketika masih ramai orang membeli koran dan majalah cetak, saya bisa menjual setidaknya 700 eksemplar sehari. Kalau akhir pekan bisa hampir seribu eksemplar,” ujar Pak Soleh.

“Sekarang bisa menjual paling banyak sekitar 10 eksemplar per hari sudah lumayan. Kalau akhir pekan bisa terjual 25-30 eksemplar,”  tambah Pak Soleh.
Dengan penjualannya yang semakin menurun, membuat saya bertanya tentang keuntungan yang didapatnya setiap hari.

“Berapa keuntungan yang didapat dari berjualan koran pak,” tanya saya. “Alhamdulillah bisa seribu rupiah per eksemplar,” jawab Pak Soleh.

Jawaban ini sungguh menyayat hati saya, bayangkan hanya dengan keuntungan seribu saja beliau masih tidak lupa untuk bersyukur dengan mengucap allhamdulillah.

Selanjutnya ketika ditanya bagaimana sistem pembelian dan penjualan koran yang dibawanya, pak Soleh dengan ringan bercerita bahwa koran-koran yang dibawanya dibeli tunai dengan harga agen. Ia kemudian menjualnya dengan harga yang tertera di koran cetak. Keuntungan yang didapat adalah dari selisih harga yang tertera di koran cetak dengan harga agen.

Yang menjadi pahit adalah ketika edisi koran hari ini tidak terjual habis, karena tidak seperti mainan yang masih bisa laku esok harinya,  koran justru seperti makanan yang memiliki tenggat expired  nya. Namanya juga orang pasti jika ingin membeli koran, yang dicari adalah edisi yang terbaru, untuk apa ia membaca edisi hari sebelumnya, sudah basi.

“Lalu kalau  ada koran yang tidak terjual habis seperti itu, apakah sisa koran bisa dikembalikan ke agen?” tanya saya dengan penasaran.

“Wah gak bisa dikembalikan dek. Terpaksa deh merugi,” jawab Pak Soleh sambil menatap dan memegang satu koran edisi hari sebelumnya yang masih belum terjual.

Dipertengahan pembicaraan kami, Pak Soleh lagi lagi membuat saya takjub. Sehabis Pak Soleh menjawab pertanyaan saya, secara tiba-tiba beliau meninggalkan saya. Saya pun heran dan mempertanyakan "kemana beliau pergi?" " Bagaimana dagangannya, kok ditinggal begitu saja?".

Nyatanya, Pak Soleh bukan hanya menjual koran saja. Ditengah pekerjaannya berjualan koran, beliau juga menyempatkan diri untuk bekerja sebagai juru parkir di kawasan Rumah Sakit tersebut.

"Bapak di sini jadi tukang parkir juga?"  Tanya saya dengan rasa takjub.

“Iya dek, karena penjualan koran yang menurun terpaksa bapak harus mencari kerja sampingan. Kalau saya hanya menjual koran saja bagaimana saya bisa hidup, dek. Makanya kalau saya mah berjualan koran ini tidak mengejar target, saya syukuri saja berapapun eksemplar koran yang terjual. Alhamdulillah masih ada rejeki,” jawab Pak Soleh sambil tersenyum.

Sungguh  hati saya terguncang saat itu,  mulia sekali bapak ini dalam bekerja. Tak kenal waktu dan tenaga, selagi ada kesempatan, beliau memaksimalkannya dengan baik. Sungguh Pak Soleh adalah pejuang nyata yang harus kita acungi jempol karena semangatnya dalam mencari rejeki.
 

Tags

Related News