Optimalkan Media Pembelajaran, Guru SMP Kristen Satya Wacana Raih Prestasi

Senin, 20/10/2025 - 10:20
Guru Mata Pelajaran Informatika, SMP Kristen Satya Wacana, Natalia Prabandari, M.Kom_., meraih prestasi Juara III Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Guru Mata Pelajaran Informatika, SMP Kristen Satya Wacana, Natalia Prabandari, M.Kom_., meraih prestasi Juara III Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Klikwarta.com, Salatiga - Guru Mata Pelajaran Informatika, SMP Kristen Satya Wacana, Natalia Prabandari, M.Kom., meraih prestasi Juara III Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pencapaian prestasi ini merupakan bukti semangat guru dalam berinovasi meningkatkan kualitas pendidikan.

Natalia Prabandari yang telah berpengalaman mengajar selama 18 tahun, bersama rekan guru mewakili SMP Kristen Satya Wacana mengikuti Workshop dan Lomba Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Perencanaan dan Pembinaan Pendidikan Sinode (LP3S), baru-baru ini dan meraih Juara III Lomba Kerja Mandiri Guru menyusun Inovasi (Perangkat Pembelajaran) dalam bentuk video, Tingkat Jawa Tengah.

Dibimbing oleh para pakar, dukungan aktif dari Kepala Sekolah, Guru, Siswa khususnya Siswa kelas VIII-B, memperlancar proses Natalia Prabandari dan rekan guru dalam mengikuti perlombaan.

“Terus berinovasi dan terus belajar. Sebagai pengajar kita harus selangkah lebih maju di depan siswa yang kita ajar, dengan kemampuan mendalam mengajarkan yang mendalam, teruslah berinovasi.” ucapnya.

Perlombaan yang berlangsung kurang lebih satu minggu, dimulai dengan seleksi selama proses berlangsungnya kegiatan Workshop bersama 22 peserta dari asal sekolah serta kota yang berbeda. Setiap peserta mendapat kesempatan untuk mengkreasikan perangkat pembelajaran kemudian melakukan rekam video Proses Belajar Mengajar (PBM) sesuai dengan lesson plan yang telah dirancang sebelumnya.

Inovasi Pembelajaran Berbasis Teknologi

Kegiatan sekolah yang padat sempat menjadi tantangan bagi Natalia Prabandari. Ia bahkan sempat terpikir untuk tidak melanjutkan proses submit video lombanya. Namun, tekad untuk tetap berusaha membuat Natalia melanjutkan karya tersebut dengan lebih serius.

Sebenarnya, peserta hanya diminta mengunggah video pembelajaran. Namun, Natalia melengkapinya dengan lesson plan, penggunaan Learning Management System (LMS) sekolah yang digunakan untuk membagikan materi belajar sehari sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, dan simulasi siswa dalam merakit perangkat komputer dengan sistem anggaran 25 juta rupiah per kelompok. Melalui inovasi dan inisiatif tersebut, Natalia berhasil meraih Juara III.

Meski belum sepenuhnya puas dengan hasil yang diraih, Natalia Prabandari mengaku bersyukur atas pengalaman berharga yang didapatkan serta optimis mengatakan “Mengikuti workshop ini bukan hanya investasi untuk diri saya, tetapi juga langkah nyata untuk menginspirasi siswa-siswi agar lebih siap menghadapi masa depan.” Natalia Prabandari tetap termotivasi untuk mengasah kemampuan menjadi lebih baik ke depannya melalui kegiatan serupa.

Dampak Bagi Siswa

Lebih lanjut disampaikan Natalia Prabandari, inovasi pembelajaran dengan membagikan materi dan aktivitas pembelajaran sehari sebelum kegiatan pembelajaran di kelas, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih dulu sehingga PBM dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan teknologi menolong proses belajar siswa yang juga mempermudah penerapannya dalam keseharian. Siswa terdorong untuk semakin kritis dalam berpikir serta menumbuhkan kreativitas berinovasi.

Workshop serta perlombaan yang diikuti oleh Natalia Prabandari bersama para guru lainnya merupakan salah satu bentuk pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 – Quality Education (Pendidikan Berkualitas). Selain itu, sejalan dengan Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden nomor 4 – Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kesetaraan Gender, dalam hal ini melalui peningkatan kualitas pendidikan dan akses terhadap teknologi.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 65 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 34 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat

Berita Terkait