Klikwarta.com, Malang - Tradisi tahunan digelar di Dusun Pakan, Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang. Wayang kulit semalam suntuk menjadi tradisi tahunan, sekaligus hiburan warga tepat di hari pasaran kamis pahing malam jumat pon, kamis (11/05/2023).
Lakon 'Semar Mbangun Kahyangan' dikemas Ki Dalang Hadi Siswoko dan Ki Dalang Adi Bayu Sasongko dari Sumberpucung. Pagelaran ini tidak lepas tradisi turun temurun 'bersih dusun' di desa tersebut.
Dikatakan Ki Dalang Hadi Siswoko, Semar Mbangun Kahyangan adalah edukasi moral dan nilai filosofi kepemimpinan, secara terselubung membuat lakon cerita yang sebenarnya adalah nasehat. "Sebenarnya Semar adalah tokoh yang menggambarkan sifat mewakili kepribadian yang dihidupkan oleh pencerita."
Lanjutnya, kisah Semar Mbangun Kahyangan menjadi lakon yang mengedukasi masyarakat, bentuk penggambaran masyarakat yang miskin dan dianggap remeh oleh orang yang merasa memiliki pengetahuan tinggi dan berkuasa.
"Pemimpin harus memiliki rasa asah, asih, asuh, ngopeni dan ngayemi. Tujuannya tercipta negeri makmur, adil, sejahtera, dan sentosa, gemah ripah loh jinawi," katanya.
Ia menambahkan, Semar menginginkan jika para Pandawa memikirkan nasib rakyatnya. Bagong dan Petruk dimanifestasikan sebagai rakyat kecil yang kerap mengutarakan niat dan nasehatnya untuk para pemimpin besar agar tak bertindak semaunya.
Lanjutnya, penggambaran pemimpin yang terlihat dalam pewayangan Semar Mbangun Khayangan ini memperlihatkan upaya meluruskan kembali konsep pemimpin yang seharusnya bagi Amarta.
Masih ditempat yang sama, Sekdes Purworejo Wahyu Werdiono menjelaskan, sebelum pagelaran wayang kulit dimulai, pagi harinya diadakan tradisi selamatan di punden Pakan.
Sebagaimana dikatakan Kasun Pakan Heri Prayitno, nilai yang terkandung dalam lakon ini bisa menjadi teladan terutama bagi generasi milenial. "Wayang ini tontonan dan tuntunan, jadi ada kehendak cerita perwayangan ini bisa menjadi kehidupan generasi milenial."
Sementara itu, Kades Purworejo Siswaji menuturkan, "Tugas kita bersama bagaimana wayang kulit ini jangan sampai hilang, seniman seniman tidak hilang pekerjaan dan anak muda bisa menyalurkan seni budaya seperti ini."
Suwondo, pecinta budaya lokal berharap, tradisi turun temurun wajib dan harus tetap eksis. Lantaran tradisi itu warisan leluhur yang tidak bisa dilepaskan dari adat istiadat masyarakat setempat. (dodik)