Blora, Klikwarta.com - Proses pengangkutan kayu jati raksasa dari kawasan Gubug Payung menuju Taman Budaya Cepu di Jalan Bypass Cepu penuh perjuangan. Sebelum proses pengangkutan pada Senin (6/11/2023) pelaksana proyek Taman Budaya Cepu mengadakan acara tasyakuran panggang ayam saat "buka jalan" yang dipimpin tokoh agama setempat. Pun saat dimulainya pengangkutan di sekitar lokasi robohnya kayu. Sebelum dievakuasi, pelaksana proyek mengurug akses jalan dengan menggunakan pedel. Hal ini bertujuan agar alat berat tidak terperosok di jalan tanah.
Akar Dipotong
Untuk menghindari tertemper "Brok Brosot", akar pohon sempat dipotong 20 cm agar tidak tertemper rel loko yang melintang di Jalan Nasional Cepu-Blora.
Setelah dipotong, kayu berhasil dinaikkan truk trailer, ada 2 orang pekerja yang naik diatas akar pohon dengan membawa gergaji mesin dan senter. Hal itu dimaksudkan untuk menebang ranting pohon yang mengganggu selama dalam perjalanan. Maklum akses jalan dari lokasi robohnya kayu tersebut sangat sempit dan hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Kendala tidak hanya itu. Sesampainya di Jalan Nasional Cepu-Blora, pekerja harus waspada dengan ranting dan kabel yang melintang.
Kepala Sub Seksi Produksi Perhutani KPH Cepu Sukandi juga mengungkapkan terkait mitos jati raksasa tersebut. Menurutnya berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat, kayu jati tersebut baru bisa keluar dari wilayah hutan setelah magrib. Dan itu terbukti, sesampainya di kantor TPK Pasar Sore, trailer sempat diberhentikan oleh petugas Perhutani karena adanya administrasi yang harus diperbaiki.
"Mitosnya kayu jati tersebut baru bisa keluar setelah magrib. Dan itu terbukti, setelah magrib dan perbaikan administrasi baru bisa keluar dari wilayah Pasar Sore," ujar Sukandi, Rabu (8/11/2023).
Pewarta: Fajar