“Melawan Kebiasaan Menunda di Negeri Garuda”

Jumat, 21/06/2024 - 16:00
Egha Ramdhani

Egha Ramdhani

Oleh : Egha Ramdhani/Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Di era modern yang serba cepat ini, waktu bagaikan emas yang kian berkilau nilainya. Ironisnya, banyak di antara kita yang masih terjerat dalam kebiasaan menunda-nunda pekerjaan, atau yang dikenal dengan istilah prokrastinasi. Perilaku ini bagaikan racun tersembunyi yang menggerogoti produktivitas dan menghambat pencapaian cita-cita.

Fenomena ini pun tak luput dari pengamatan para pakar. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Bagus Siaputra, S.Psi., dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, menguak fakta mencengangkan bahwa kebiasaan menunda-nunda ini telah merugikan bangsa Indonesia hingga triliunan rupiah per semesternya. Bayangkan, betapa besar potensi yang terbuang sia-sia akibat jeratan prokrastinasi.

Lebih memprihatinkan lagi, kebiasaan menunda tak hanya merajalela di kalangan mahasiswa. Budaya menunda pembayaran tagihan, lambatnya pemberantasan korupsi, hingga penundaan lengser pejabat yang tak becus, semua itu merupakan manifestasi dari penyakit kronis ini.

Namun, perlu diingat bahwa prokrastinasi bukan takdir yang tak terelakkan. Kita memiliki kekuatan untuk menaklukkannya. Salah satu kuncinya adalah dengan memahami akar permasalahannya. Seringkali, prokrastinasi dipicu oleh rasa cemas, perfeksionisme, atau minimnya motivasi.

Mari kita bayangkan sejenak. Di suatu perguruan tinggi ternama di Negeri Garuda, hiduplah seorang mahasiswa bernama Dimas. Ia berada di semester akhir, dan seperti banyak mahasiswa lainnya, Dimas terjebak dalam kebiasaan menunda-nunda. Tumpukan tugas dan skripsi yang menanti bagaikan gunung Everest yang sulit didaki. Rasa cemas dan keraguan selalu menghantuinya, membuatnya menunda-nunda mengerjakan tugas hingga detik-detik terakhir.

Suatu hari, di tengah keputusasaan, Dimas bertemu dengan Dinda, seorang senior yang dikenal disiplin dan produktif. Melihat kondisi Dimas, Dinda pun berbagi rahasianya untuk menjinakkan monster penunda.

"Dimas," kata Dinda, "aku juga pernah ada di posisimu. Tapi aku belajar untuk memahami pemicu prokrastinasi dan merancang strategi untuk mengatasinya."

Dinda mengajarkan Dimas untuk membuat daftar tugas yang terstruktur dengan target yang jelas dan terukur. Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan momentum produktivitas dan meminimalisir gangguan saat bekerja. Setiap pencapaian, sekecil apa pun itu, dirayakan sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan disiplin.

Hari demi hari, Dimas mulai merasakan perubahan. Ia mengikuti saran Dinda dan mulai menyusun daftar tugas yang rinci. Ia belajar mengenali kapan dirinya paling produktif dan menggunakan waktu tersebut untuk mengerjakan tugas-tugas yang paling menantang. Gangguan seperti media sosial dan hiburan dikurangi seminimal mungkin saat waktu belajar tiba.

Setiap kali menyelesaikan tugas, Dimas merayakannya dengan cara sederhana – entah itu dengan menikmati secangkir kopi favorit atau berjalan-jalan sebentar di taman. Perlahan tapi pasti, rasa cemas dan keraguannya berkurang, digantikan oleh semangat dan tekad untuk menyelesaikan tugas. Monster penunda tak lagi mampu menggerogoti produktivitasnya.

Kisah Dimas adalah cermin dari perjuangan kita melawan monster penunda. Prokrastinasi bukanlah hal yang memalukan, melainkan tantangan yang bisa diatasi dengan tekad dan strategi yang tepat. Mari kita renungkan pelajaran dari perjalanan Dimas, bahwa dengan mengenali pemicu prokrastinasi, membuat daftar tugas yang terstruktur, memanfaatkan momentum produktivitas, dan merayakan setiap pencapaian, kita bisa menjinakkan monster ini.

Bayangkan, jika setiap individu di Negeri Garuda bisa mengatasi kebiasaan menunda-nunda, betapa besar potensi yang bisa kita wujudkan bersama. Waktu adalah aset berharga yang tak tergantikan. Dengan mengelolanya dengan baik, kita bisa mencapai cita-cita dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyaDimast dan negara.

Ingatlah, perjuangan melawan monster penunda adalah perjalanan yang membutuhkan disiplin dan komitmen. Namun, setiap langkah kecil yang kita ambil menuju produktivitas adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik.

Bersama-sama, mari kita hadapi tantangan ini dengan semangat dan optimisme. Jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk menjadi lebih produktif, lebih bersemangat, dan lebih dekat dengan tujuan kita. Dengan demikian, kita tidak hanya mengubah diri kita sendiri, tetapi juga turut menciptakan masa depan yang lebih gemilang bagi bangsa dan generasi mendatang.

Mari kita taklukkan monster penunda, dan bangun masa depan yang lebih cerah, satu langkah demi satu langkah, hingga kita mencapai puncak harapan dan impian kita. Bersama, kita bisa!

Tags

Related News