Pro Kontra Jejak dan Riwayat Kiai Sadrach

Rabu, 24/05/2023 - 23:09
Suwondo, pecinta budaya, menemui langsung 'trah' Kiai Sadrach, Puwanto Nugroho (Ketua Majelis) yang berstatus 'canggah pembajeng' di rumah yang dulunya pernah menjadi tempat hidup sosok fenomenal pada masanya, Rabu (24/05/2023.)
Suwondo, pecinta budaya, menemui langsung 'trah' Kiai Sadrach, Puwanto Nugroho (Ketua Majelis) yang berstatus 'canggah pembajeng' di rumah yang dulunya pernah menjadi tempat hidup sosok fenomenal pada masanya, Rabu (24/05/2023.)

Klikwarta.com, Purworejo - Makam di Dusun Karangjoso, Desa Langenrejo, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, tidak bisa dipungkiri, terhubung dengan sejarah masa lalu yang hingga saat ini masih bisa dilihat karyanya. Kiai Sadrach Soeropranoto atau Raden Mas Soeryowinoto meninggalkan jejak yang terhubung langsung dengan bangunan ibadah, GKJ Karangjoso.

Suwondo, pecinta budaya, menemui langsung 'trah' Kiai Sadrach, Puwanto Nugroho (Ketua Majelis) yang berstatus 'canggah pembajeng' di rumah yang dulunya pernah menjadi tempat hidup sosok fenomenal pada masanya, Rabu (24/05/2023)

Purwanto menceritakan, ada sebagian literasi yang beredar ke publik, disebutnya tidak sesuai fakta dan logika. Literasi tersebut bersumber dari catatan yang dirilis Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.

"Catatan itu menjelaskan kalau Kiai Sadrach cuma orang biasa. Tapi kalau kita gunakan logika, ini tidak masuk akal. Logikanya dimana kalau beliau cuma orang biasa?" katanya.

Lanjutnya, rumah hunian yang ada di Karangjoso membuktikan fakta 'jungkir balik' dari sumber masa lalu. Peralatan maupun perlengkapan rumah hingga bangunannya, menunjukan ketidak masuk akalan. Rumah seisinya membuktikan kalau Kiai Sadrach berstatus bangsawan alias bukan orang biasa.

b

Dikatakannya, mustahil orang biasa mampu memiliki peralatan dan perlengkapan yang masuk kategori 'super mewah' pada masanya. Selain itu, ada benda-benda yang berhubungan langsung dengan sosok Pakubowono (pintu dalam rumah).

Selain itu, Kiai Sadrach bisa berkomunikasi dengan petinggi Hindia Belanda pada masa itu, dan sangat mustahil orang biasa bisa melakukannya. Tak cuma itu, beliau sangat berpegang pada identitasnya, yaitu orang Jawa, dan menolak segala hal berbau diskriminasi.

"Ada tembok pemisah dulunya, ini orang Belanda, ini orang Jawa. Kiai Sadrach menentang pemisahan ini. Beliau juga tetap menggunakan identitas yang berlatarbelakang budaya Jawa, pakaiannya, tradisinya, tetap orang Jawa,"kata Purwanto.

Ia meyakini, Kiai Sadrach berasal dari daerah Jawa Timur (bukan Jawa Tengah sebagaimana literasi Hindia Belanda), kemungkinan di Kediri, dan ia memastikan, Kiai Sadrach berdomisili di Dusun Karangjoso, Desa Langenrejo. 

"Beliau ada hubungannya dengan riwayat Kiai Tunggul Wulung. Rekam jejaknya mengarahkan kalau beliau saudara Kiai Tunggul Wulung. Satu lagi, beliau bukan orang Jawa Tengah, tapi Jawa Timur, kemungkinan Kediri,"jelasnya.

Naskah kuno karya Kiai Sadrach, sebagaimana dikatakannya, berstatus asli alias original. Di rumah Kiai Sadrach ini, semua peralatan maupun perlengkapan masih terjaga keasliannya.

"Seisi rumah ini masih asli, ini semua dulunya digunakan Kiai Sadrach semasa hidup. Karya tulis beliau masih kita rawat sampai hari ini," tuturnya.

Sosok yang terkenal dengan 'Wong Jawa Kristen Kang Mardika' ini dimakamkan diantara murid maupun umat GKJ Karangjoso, dan saat ini, Mulyono 'didapuk' sebagai juru kunci makam tersebut. Mulyono adalah keturunan Wirodinonggo (buyut) yang dulunya menjadi juru kunci pertama makam Kiai Sadrach. (dodik)

Related News