Program Pemagangan Ke Kopontren Segera Bergulir Guna Percepat Operasionalisasi Kopdes Merah Putih
Klikwarta.com, Lamongan - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menyatakan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) dapat menjadi motor penggerak ekonomi umat. Kopontren juga memiliki potensi besar menjadi pusat pemberdayaan ekonomi berbasis koperasi yang berkelanjutan.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Farida Farichah menjelaskan bahwa program Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih yang digelorakan pemerintah dapat disinergikan dengan koperasi eksisting termasuk dengan Kopontren. Sinergi ini diperlukan untuk memastikan agar Kopontren dapat menjadi tempat pemagangan bagi pengurus Kopdes/Kel Merah Putih agar saat beroperasi dapat berjalan dengan baik.
Wamenkop Farida menjelaskan bahwa saat ini Kementerian Koperasi (Kemenkop) memulai menjalankan program pemagangan 500 Kopdes/Kel Merah Putih ke koperasi-koperasi yang aktif dan sehat termasuk kepada Kopontren.
“Tiga koperasi pesantren menjadi tempat magang kita, termasuk Koperasi Pondok Pesantren Sunan Drajat di Lamongan," ujar Wamenkop Farida saat menghadiri acara Optimalisasi Peran Pondok Pesantren dan Lembaga Ekonomi Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Pondok Pesantren Matholi'ul Anwar, Lamongan, Jawa Timur, Jumat (14/11).
Ia juga menjelaskan bahwa berdirinya 80.000 unit Kopdes/Kel Merah Putih menjadikan tugas dan tanggung jawab Kemenkop untuk melakukan pendampingan terhadap eksistensi koperasi semakin besar. Oleh karena itu pendampingan terhadap ribuan koperasi tersebut tidak mungkin dilakukan pemerintah sendiri sehingga memerlukan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan Kopontren.
“Pada faktanya, pondok pesantren itu mampu mengkonsolidasi dan menjadikan lembaga koperasi berdaya serta bermanfaat bagi pesantren maupun masyarakat sekitarnya,” tegasnya.
Wamenkop Farida mengapresiasi kepada pondok pesantren yang selama ini menjadi mitra pemerintah dalam memperkuat ekonomi kerakyatan. Ia menegaskan bahwa pelibatan pondok pesantren dalam pemberdayaan ekonomi umat melalui koperasi tidak sekedar teori melainkan sebagai wujud nyata sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pesantren.
“Ini adalah ajang untuk mendorong kemajuan ekonomi umat, dan kita yakin pesantren mampu dan pasti bisa melaksanakan itu,” ujarnya.
Lebih jauh, Wamenkop Farida menegaskan bahwa pondok pesantren bukan hanya lembaga dakwah dan pendidikan, tetapi memiliki tanggung jawab menyiapkan santri dengan jiwa wirausaha. Menurutnya sudah banyak contoh nyata pondok pesantren mampu mengembangkan dan memberdayakan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi ekonomi di wilayahnya.
“Santri masa kini tidak hanya dituntut berdakwah di mimbar, tetapi juga harus mampu menjadi entrepreneur yang menciptakan lapangan kerja,” tegasnya.
Kemenkop berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan terhadap pondok pesantren dalam penguatan koperasi pesantren, peningkatan profesionalisme SDM, dan pengembangan usaha pesantren secara mandiri.
“Koperasi adalah lembaga usaha. Ia bisa untung jika dikelola profesional. Itu yang sedang kami perkuat,” jelasnya.
Farida juga menegaskan bahwa potensi ekonomi pesantren sangat besar melalui jaringan santri, alumni, unit usaha pesantren, serta kedudukan pesantren di tengah masyarakat. Hal ini menjadi modal besar bagi sebuah pesantren untuk meningkatkan kapasitasnya dengan mendirikan sebuah koperasi berbasis pondok pesantren.
Wamenkop Farida menambahkan bahwa konsolidasi koperasi pondok pesantren dengan Kopdes/ Kel Merah Putih akan segera digelar. Ia menilai momentum ini sangat tepat untuk menguatkan peran pesantren dalam pemberdayaan masyarakat melalui Kopdes/Kel Merah Putih yang baru terbentuk.
Wamenkop Farida berharap kerja sama ini benar-benar memberi dampak positif bagi pondok pesantren dan masyarakat sebagai anggota Kopdes/Kel Merah Putih. Tak lupa, Ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh mitra mulai dari BAZNAS, Rumah Zakat, BUMN, hingga perbankan syariah yang turut mendukung penguatan ekosistem ekonomi pesantren.
“Semoga apa yang kita lakukan dapat membuktikan bahwa pesantren benar-benar mampu berjaya dan mandiri,” ucapnya.
Di akhir sambutannya, Wamen Farida berharap semangat kolaborasi ini semakin memperkuat posisi pesantren sebagai pusat pemberdayaan dan lembaga ekonomi masyarakat. “Semoga sinergi ini membawa keberkahan bagi pesantren dan masyarakat sekitarnya,” tutupnya.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi membenarkan bahwa wilayahnya merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah santri terbanyak di Jawa Timur. Dengan posisi strategis tersebut, Lamongan memiliki peran penting dalam mendukung program swasembada pangan dan penguatan ekonomi masyarakat berbasis pondok pesantren.
“Program prioritas Lamongan Nyantri menjadi wujud komitmen kami memperkuat eksistensi pesantren sebagai mitra strategis pembangunan daerah termasuk dalam pemberdayaan ekonomi umat,” ujarnya.
Menurut Yuhronur, pondok pesantren bukan hanya pusat syiar Islam, tetapi juga wadah pemberdayaan ekonomi umat, pengembangan SDM, dan benteng moral bangsa. Berbagai program seperti UMKM Naik Kelas, Poskestren, Wirausaha Santri, dan Beasiswa Perintis menjadi bagian dari ekosistem pemberdayaan yang terus dijalankan oleh pemerintah daerah Lamongan.
Ia juga melaporkan bahwa Lamongan kini memiliki 474 Kopdes/Kel Merah Putih atau yang terbanyak di Jawa Timur. Dari jumlah itu sebanyak 96 koperasi beroperasi aktif di 21 kecamatan. Dengan adanya Kopontrenndan Kopdes/ Kel Merah Putih di Lamongan, ia berharap sinergi diantara keduanya dapat berjalan optimal terutama dalam mempercepat pengentasan kemiskinan dan penggerak ekonomi masyarakat pesisir Pantura.
"Kami meyakini forum ini akan melahirkan inisiatif kolaboratif untuk memperkuat kemandirian ekonomi Lamongan,” katanya.
Kontributor : Arif







